Posisi janin yang optimal sangat penting untuk memfasilitasi proses persalinan normal. Posisi yang ideal adalah posisi kepala janin berada di bawah, dengan wajah menghadap ke punggung ibu, yang dikenal sebagai posisi anterior. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu mengoptimalkan posisi janin untuk melahirkan normal
Selengkapnya
Gentle Birth adalah proses melahirkan penuh cinta kasih, dan dilakukan dengan nyaman. Gentle Birth memberikan kebebasan pada ibu untuk memilih posisi melahirkan, meminimalisir intervensi medis seperti induksi, episiotomi, epidural, vakum dll. Intervensi medis dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Selengkapnya
Hanya segelintir ayah yang memasuki kamar bersalin tanpa sedikit pun rasa takut. Rasa percaya diri seorang dokter kandungan yang telah membantu kelahiran ratusan bayi orang lain pun mungkin akan goyah jika dihadapkan pada kelahiran bayinya sendiri.
Selengkapnya
Mengalami bermacam-macam rasa nyeri, pegal, dan gejala lain yang tidak nyaman, terutama dalam 6 minggu setelah melahirkan, adalah hal yang umum. Komplikasi serius adalah hal yang jarang terjadi. Namun, alangkah baiknya jika Anda mengetahuinya. Oleh karena itu, semua ibu yang baru melahirkan harus mewaspadai gejala-gejala yang mungkin mengarah pada masalah pasca-persalinan, sekadar untuk berjaga-jaga.
Selengkapnya
"Posisi apa yang terbaik pada saat bersalin?" tidak perlu berbaring telentang selama berlangsungnya proses persalinan. Faktanya, berbaring telentang justru merupakan cara yang paling tidak efisien untuk melahirkan bayi Anda karena, pertama, Anda tidak memperoleh gaya tarik bumi untuk mengeluarkan bayi Anda, dan kedua, posisi tersebut dapat membuat pembuluh-pembuluh darah besar tertekan sehingga dapat mengganggu aliran darah yang menuju janin. Para calon ibu dianjurkan untuk bersalin dalam posisi apa pun yang membuatnya merasa nyaman, dan untuk mengubah posisi mereka sesering mungkin.
Selengkapnya
"Selaput ketuban saya pecah, lalu keluar cairan yang warnanya tidak bening, tetapi cokelat kehijau-hijauan. Apa artinya?" Cairan ketuban Anda mungkin tercemar oleh mekonium, yaitu bahan maroh mekonium berwarna cokelat kehijau-hijauan yang sebenarnya merupakan tinja pertama bayi Anda. Biasanya, mekonium keluar setelah bayi pertama kali buang air besar setelah dilahirkan. Namun, terkadang, mekonium keluar ke dalam cairan ketuban sebelum bayi lahir, misalnya ketika janin mengalami stres' di dalam rahim, terutama setelah lebih bulan.
Selengkapnya
"Saya terbangun tengah malam dengan kasur yang basah. Apakah saya mengompol ataukah mengalami pecah ketuban?" Bau seprai Anda akan memberi petunjuk. Jika bagian yang basah berbau "manis" (tidak pesing seperti air seni), hampir pasti itu adalah cairan ketuban. Peristiwa ini merupakan petunjuk lain bahwa selaput yang menyelubungi bayi Anda dan cairan ketuban yang merendamnya selama sembilan bulan telah pecah. Anda akan terus mengeluarkan cairan pucat kekuning-kuningan (yang tidak akan kering karena akan dihasilkan terus-menerus hingga bayi Anda lahiran). Cara lain untuk mengujinya: Anda dapat mencoba menghentikan aliran cairan itu dengan mengencangkan otot pinggul Anda (latihan Kegel). Jika berhenti, itu adalah air seni; jika tidak, itu adalah cairan ketuban.
Selengkapnya
"Saya mendengar cerita-cerita yang bertentangan tentang boleh atau tidaknya makan dan minum selama persalinan." Beberapa orang dokter tidak mengizinkan pasien makan dan minum selama persalinan, dengan alasan makanan dapat "terhirup"4 seandainya diperlukan pemberian bius total dalam keadaan darurat. Dokter lain memperbolehkan cairan dan makanan padat ringan (tidak termasuk martabak) dalam persalinan berisiko rendah, dengan alasan bahwa wanita yang sedang bersalin memerlukan cairan dan kalori agar tetap kuat dan dapat menunaikan tugas dengan baik. Menurut para dokter yang berpendapat demikian, risiko makanan "terhirup" sangat rendah, yakni 7 dalam 10.000.000 kelahiran (dan hanya mungkin terjadi jika dilakukan pembiusan total, dan itu pun hanya dilakukan dalam situasi darurat). Pendapat para dokter dalam kelompok kedua ini bahkan telah didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa wanita yang diperbolehkan makan dan minum selama persalinan akan mengalami persalinan yang lebih singkat rata-rata 90 menit sehingga pemberian oksitosin untuk mempercepat persalinan biasanya tidak diperlukan.
Selengkapnya